Senin, 29 Oktober 2007

Airin Diany, Isteri Cheri Wardana, adik Gubernur Banten


Perempuan-Perempuan Yang Berani Tampil ........



Pemilihan kepala daerah secara langsung kini tak hanya milik kaum Adam. Perempuan pun tak gentar terjun ke kancah politik yang kadang keras, licik, dan tak mengenal belas kasihan itu. Dua perempuan itu adalah Airin Rachmi Diany dan Ayuni Mirlina. Keduanya siap menjajal kemampuan mereka dalam gelanggang politik di daerah masing-masing.


Tiada yang menyangkal bahwa wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, dan Kabupaten Tangerang, Banten, yang berada di pinggir Ibu Kota merupakan daerah rawan segala urusan.


Kehidupan yang serba sulit acap kali memunculkan tindak kekerasan di segala bidang sekalipun hanya untuk bisa sekadar mengisi perut. Pada sisi lain, kemiskinan dan keterbelakangan membelenggu warganya yang sebagian adalah kaum urban. Niat mulia pimpinan daerah untuk memperbaiki keadaan demi menyejahterakan warganya sudah pasti akan mendapat tantangan berat, baik dari sikap masyarakat maupun kondisi wilayahnya sendiri.


Toh gambaran itu tak menyurutkan niat Airin Rachmi Diany (31) dan Ayuni Mirlina (43) untuk maju bersaing dengan para lelaki dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) yang sama-sama diadakan pada Januari 2008.


Airin yang masuk bursa sebagai calon wakil bupati Tangerang mendampingi calon bupati Tangerang Jazuli Juwaeli diusung oleh enam partai politik, yakni Partai Bulan Bintang, Partai Bintang Reformasi, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Syarikat Islam, Partai Karya Peduli Bangsa, dan Partai Keadilan Sejahtera.


Pasangan itu sudah resmi mendaftarkan diri untuk mengikuti pilkada tahun 2008 ke Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tangerang pada Jumat (26/10).


Adapun di Bekasi, Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengusung Ayuni Mirlina, akrab dipanggil Lina, tengah mengupayakan berkoalisi dengan partai lain untuk maju ke Pilkada Kota Bekasi. Posisi Lina memang belum jelas, akan menjadi calon wali kota atau wakil wali kota, sebab wadah untuk berkoalisi belum tercipta. Yang jelas, karena perolehan suara PAN di Kota Bekasi masih di bawah 15 persen, mau tak mau partai itu harus menggandeng partai politik lainnya.


Genderang laga di arena pilkada di Kota Bekasi dan Kabupaten Tangerang sudah ditabuh. Hari-hari ini merupakan saat memulai pekerjaan berat karena ,pertempuran segera dimulai.


Apa yang mendorong dua perempuan itu berani meninggalkan kehidupan pribadinya untuk meningkatkan peran perempuan di bidang politik?


“Di Kota Bekasi, saya melihat peran dan keterwakilan perempuan masih kurang banyak. Apalagi di level pengambil kebijakan, khususnya di lembaga eksekutif di Kota Bekasi ini, keterlibatan perempuan boleh dikatakan tidak ada,”; jawab Lina.


Harus dilakukan perubahan, lanjut Lina.” Perempuan Bekasi harus mendapat kesempatan yang sama seperti laki-lakinya,” ujarnya menambahkan.


Ketika ditemui pada Kamis pekan lalu di rumahnya di kompleks Persada Kemala, Jakasampurna, Kota Bekasi, ibu dari Kusna Oktobrianto Prakoso dan Bella Putri Maharani ini mengakui ketertarikannya pada politik tak lepas dari dorongan dan dukungan keluarga, terutama ayah dan suami.


Dibesarkan dari keluarga yang berpaham Muhammadiyah, alumnus pendidikan Magister Manajemen Universitas Budi Luhur Jakarta tersebut memantapkan langkah ke partai yang dideklarasikan oleh Amien Rais itu. PAN adalah partai yang plural religius dan nasionalis. Di partai ini tidak ada pembedaan terhadap laki-laki dan perempuan," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 29 Oktober 1964.


Menurut Lina, perempuan harus berani terjun dan terlibat dalam dunia politik, seperti halnya kaum laki-laki. Keterlibatan perempuan sudah seharusnya meningkat dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, yang juga mengamanatkan keterwakilan perempuan dalam partai politik.


Direktur Utama PT Asoka Perkasa Kemala Cipta—perusahaan yang bergerak di bidang jasa periklanan dan penyedia alat kesehatan—ini dikenal sebagai aktivis di banyak organisasi. Selain menjabat Ketua Departemen Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Pusat PAN, istri Koesnanto ini juga aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia, dan memimpin Yayasan Generasi Sehat Indonesia Sehat.


“Target saya, tentu menang,” ujar Lina lugas. Selain menang dalam pilkada ini, saya juga berupaya membangun kesetaraan jender. “Saya berharap di Kota Bekasi akan muncul perempuan-perempuan yang mampu menjadi pemimpin baru,” ujar perempuan yang selalu mempersiapkan keberangkatan putrinya ke sekolah itu.


Senada dengan Lina, Airin yang menjadi ibu dua anak hasil perkawinannya dengan pengusaha Banten, Tb Chaeri Wardana, berpendapat bahwa menghadirkan lebih banyak perempuan dalam tatanan politik amat penting. Tujuannya, agar lebih banyak tercipta aturan berpihak kepada perempuan dan anak- anak.


Akan tetapi, awal ketertarikannya bertarung memperebutkan kursi wakil bupati justru lebih banyak karena ia ingin bersinergi dengan kakak iparnya, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Dari pihak keluarga, tak ada niat menyiapkan saya untuk menguasai jabatan di Banten. Tapi kalau saya terpilih, saya ingin menyinergikan program pemerintah provinsi dengan kabupaten, tutur Airin yang tidak menampik pencalonan dirinya akan memunculkan kecurigaan adanya nepotisme. “Tapi, apa benar jika keluarga saya menjadi gubernur lalu saya tidak boleh ikut pilkada?”katanya.


Airin mengatakan, justru kedekatan dirinya dengan Gubernur Banten akan memperlancar sinergi dalam pembangunan. Yang penting, semua dilakukan secara transparan, kata Airin yang berkunjung ke Redaksi Kompas di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Jumat pekan lalu.


Dalam pandangannya, sinergi sangat dibutuhkan mengingat sejak otonomi daerah diterapkan, sering kali program pembangunan antara provinsi dan kabupaten tidak sinkron, terkotak-kotak. Padahal, mestinya program pembangunan itu harus saling mendukung demi menyejahterakan masyarakat.


Notaris dan alumnus program magister hukum tersebut mencontohkan kebingungan warga miskin Tangerang perihal kebijakan sekolah gratis yang amat mereka butuhkan.


Jika hal itu ditanyakan ke Pemerintah Provinsi Banten, jawaban pelaksanaannya diserahkan ke dinas pendidikan kabupaten.. “Dari kasus ini saya belajar, ternyata harus ada orang yang mau mendengar keinginan masyarakat lalu menyampaikannya kepada pimpinan di daerah dan provinsi untuk dibuat program secara utuh,” lanjutnya.


Airin yang lahir di Banjar, Jawa Barat, pernah menjuarai lomba Mojang se-Jawa Barat tahun 1995 dan terpilih menjadi Puteri Pariwisata dan Puteri Favorit pada pemilihan Puteri Indonesia tahun 1996. Ia sebenarnya tak tertarik ke dunia politik.


Sebagai adik ipar Ratu Atut (waktu itu menjadi Wakil Gubernur Banten), hal itu membawa dirinya aktif menjadi penyambung lidah rakyat di Kabupaten Tangerang.


Waktu Atut mulai berkampanye, ia ikut memperkenalkan kakak iparnya itu kepada warga Kabupaten Tangerang. Ia harus berkeliling ke banyak wilayah di kabupaten yang luasnya hampir dua kali wilayah Provinsi DKI Jakarta itu. “Saya malah senang karena bisa mendengar harapan masyarakat,” tuturnya.


Setelah perkenalannya dengan warga Kabupaten Tangerang berjalan sekitar setahun, Agustus lalu ia baru menyatakan kesediaannya dicalonkan menjadi wakil bupati Kabupaten Tangerang.


Konsekuensinya, ia kembali harus berkeliling ke wilayah itu, tentu atas izin suami. “Sudah empat bulan ini saya selalu meninggalkan rumah pukul 08.00 pulang pukul 24.00,” urainya.


Ia berusaha sebanyak mungkin menyerap aspirasi rakyat guna menjadi programnya jika kelak terpilih sebagai wakil bupati. Dalam evaluasinya, tiga bidang penting sangat dibutuhkan masyarakat Kabupaten Tangerang, yakni pendidikan mulai dari sekolah gratis sampai penyediaan sekolah dan guru yang memadai, sarana kesehatan yang mudah dijangkau warga, serta peningkatan ekonomi masyarakat.


Di luar harapan bisa menyumbangkan sesuatu untuk masyarakat, Airin tetap memperhitungkan risiko sebagai pimpinan daerah. “Lihat saja berita di media massa, banyak sekali bupati wakil bupati diadili karena sangkaan korupsi. Itu berarti saya harus sangat hati-hati tanda tangan surat-surat. Terus terang, latar belakang pendidikan hukum sangat membantu saya," kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Bandung itu.



SOELASTRI SOEKIRNO dan COKORDA YUDHISTIRA
Sumber: KOMPAS, Senin 29 Oktober 2007

2 komentar:

atut mengatakan...

clipmarks.com/clipper/cahpamulang/clipcast/Jazuli-Airin/ - 74k

Anonim mengatakan...

BIAR CEPETAN SBY BERTINDAK YA?